Kamis, 28 Juli 2016

Perpisahan Termanis

Diposting oleh Unknown di 21.54 0 komentar


Langitpun kembali cerah setelah mendung hitam memuntahkan isinya. Kesedihan ini akan menguap dan berganti dengan kebahagiaan. Aku pertahankan apa yang harus dipertahankan. Aku perbaiki apa yang harus ku perbaiki. Dan akan ku jalani hidup ini dengan keikhlasan hati. Jika cerita ini harus selesai, aku akan coba ikhlaskan semua.
            Aku termenung menatap hiruk pikuk jalanan kota ini. Ramai. Aku hanya bisa menghela napas panjang berharap rasa sesak ini sirna. Ku teguk jus alpukat yang masih tersisa setengah gelas sampai tandas. Ku seka ujung mata yang terasa berembun. Sekali lagi aku menghela napas panjang, berharap air mata yang ku tahan tak memaksa keluar. Aku menengadah menatap gelapnya langit malam, bergumam dalam hati bahwa semua akan baik-baik saja. Lalu beranjak pergi.
            Urusan perasaan kali ini sungguh tak pernah ku duga. Bagaimana mungkin kisah yang selama ini sangat manis bisa berubah jadi sangat menyakitkan dalam waktu singkat? Bagaimana mungkin rencana indah yang pernah terpahat indah bisa hancur tanpa sisa seperti ini? Apa salahku hingga Tuhan membuat aku merasakan sesak yang menyakitkan? Apa aku tak berhak merasakan kebahagiaan? Air mata yang aku bendung akhirnya mengalir tanpa bisa ku cegah. Terus mengalir, mengaburkan pandanganku. Aku ingin teriak, supaya seluruh alam tau betapa menderitanya aku.
            Merebahkan tubuh di atas kasur, berusaha memejamkan mata. Lelah menyergap seluruh jiwa dan ragaku. Mataku menatap kosong ke arah langit-langit kamar yang gelap. Biarlah kegelapan ini menyelimuti diriku yang rapuh. Air mataku mengalir tanpa ku sadari. Pertemuan singkat tadi seperti sebuah film yang berputar-putar dalam pikiranku.
“ Maaf kita ga bisa melanjutkan hubungan kita” kalimat itu yang menjadi kalimat pembuka pada pertemuan kali ini. Pertemuan setelah sebulan terpisah jarak. Aku masih bertanya-tanya apa maksud dari ucapannya. Masih tersenyum menatap wajahnya, wajah yang ku rindukan.
“Maaf, De. Hubungan kita sampai di sini aja. Kita ga bisa lanjutin rencana pertunangan kita.”
Seketika duniaku terasa melambat. Sesak menyergap diriku. Aku berharap ini hanya pendengaranku yang salah. Dunia benar-benar terasa berhenti berputar. Mataku basah, berembun. Aku tertunduk, tak mampu menatap wajah itu. Wajah yang selalu aku rindukan.
“Kenapa?” hanya satu kata yang terucap. Lidahku kelu, hatiku sakit. Berusaha menahan tangis.
“Aa udah ketemu sama orang tua cewek lain. Udah bilang kalo Aa mau nikahin anaknya. Orang tuanya udah setuju. Minta Aa secepatnya nikahin anaknya. Ini fotonya” penjelasan singkat, tapi cukup membuatku menoleh melihat foto yang disodorkan.
“Bukannya itu Indah yang tinggal di depan rumah Aa? Kok bisa Aa ngelamar cewek lain padahal urusan kita belum selesai? Apa salah Ade sampe dapet perlakuan gini? Aa ga mikirin perasaan Ade? Perasaan keluarga Ade? Aa yang janji kan mau datang ke rumah? Ade tau Indah lebih cantik, lebih tertutup pakaiannya. Ade ga pernah ngerti keadaan ini.” Tangisku tertahan. Banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan. Tapi cukup, biar dia menjelaskan apa yang ingin dia jelaskan.
“Ade itu  terlalu banyak nuntut, terlalu mudah bilang putus, terlalu manja, terlalu kanak-kanak. Ga mau ngerti kesibukan Aa. Ga bisa bikin Aa tenang, cuma bisa bikin Aa stres, pusing, sakit kepala.”
“Cukup. Jangan dilanjutin. Ade udah paham kearah mana omongan Aa. Semua salah Ade. Maaf. Bisakah Aa membatalkan pertunangan sama Indah? Kita bisa kan lanjutin hubungan kita? Keluarga kita udah saling tau rencana kita kan?” aku masih berusaha mempertahankan hubungan ini.
“Maaf, De. Aa ga bisa ninggalin Indah. Aa lebih milih dia. Soal keluarga, kita jelaskan sama keluarga kita masing-masing.”
“Oke. Stop. Pertemuan kita cukup sampai sini. Ade udah ga mau dengar apapun lagi. Ade mau pulang.” Aku bersiap meninggalkan dia. Ingin segera menumpahkan seluruh rasa yang menyesakkan dada.
“Aa ga bisa biarin Ade pulang sendirian dalam kondisi begini. Tunggu di sini, Aa izin ga masuk kuliah terus anter Ade.” Genggaman tangan itu tak lagi menenangkanku. Segera ku tepis.
“Ade bisa pulang sendiri. Ga butuh Aa lagi. Silakan pergi duluan, atau Ade yang pergi duluan.” Akhirnya aku memberi pilihan. Dan dia memilih untuk pergi meninggalkan aku sendiri.
Seperti mawar yang berduri, semakin erat dalam genggaman,semakin perih terasa. Aku pikir kamu juga begitu. Semakin kuat aku menahanmu, semakin kuat juga inginmu tuk menjauh. Pergilah.
Aku tersadar dari lamunan yang tak pasti. Aku menyeka air mata, membersihkan diri. Mencoba mengistirahatkan tubuh yang sangat lelah. Aku berjanji akan meninggalkan kota ini setelah semua urusanku selesai. Aku pun terlelap.
            Selesai semua urusanku di kota ini, aku kembali ke rumah orang tuaku. Kampung halamanku. Selama perjalanan pulang, pikiranku kosong. Hatiku masih sakit. Bukan hanya hatiku, tapi juga fisikku. Aku bernapas tapi seperti tak bernapas. Oksigen yang ku hirup melalui hidung terasa tidak sampai ke dalam paru-paru. Dada ku sesak.
"Rasa sakit hati itu indah. Setidaknya patah hati memberikan sensasi bahw akita memang masih hidup. Hanya batu atau kerikil yang tidak sakit hati."
*Tere Liye
****
            Satu minggu setelah pertemuan itu, duniaku berubah. Keceriaan yang dulu selalu menghiasi, berubah jadi kemurungan yang tak berujung. Selera makan hilang, senyum di bibirku perlahan pergi. Benar apa yang pernah aku baca, “kamu tidak akan merasa lapar karena dua hal, yaitu ketika jatuh cinta dan merasakan kesedihan yang mendalam.” Aku merasakan keduanya. Kesehatan ku perlahan menurun. Aku tak pernah punya keberanian untuk bercerita dengan ibuku. Aku berusaha menelan bulat-bulat rasa sakit ini. Tapi, naluri seorang ibu selalu kuat. Disuatu malam sebelum tidur, pecahlah tangisanku yang selama ini ku tahan.
“Kamu kenapa? Udah seminggu Mamak liat kamu jarang makan? Ada masalah apa?” pertanyaan itu terdengar lembut tetapi ampuh membuatku terduduk bersimpuh di sisi tempat tidurnya.
“Aku udah putus sama Aa, Mak.” Hanya itu yang mampu terucapkan, air mataku tak berhenti mengalir. Aku terisak di sisinya.
Terdengar berat helaan napasnya. “Kenapa? Bukannya belum lama dia datang ke rumah kita? Apa dia ada wanita lain?” dia bergeser memperbaiki posisi berbaringnya, menatapku lembut.
Aku terdiam, memikirkan kalimat yang cocok untuk menjawabnya. “Dia udah ngelamar wanita lain, Mak.” Aku semakin terisak.
Helaan panjang kembali terdengar, tangan  yang mulai keriput dimakan usia membelai lembut rambutku,” ya udah, berarti dia bukan jodoh kamu. Dia bukan yang terbaik buat kamu. Berarti dia bukan laki-laki yang baik, buktinya dia berani lamar wanita lain padahal urusan kalian belum selesai.”
Air mata ku semakin deras mengalir,” hati aku sakit sekali, Mak. Padahal kurang apa aku selama ini?” aku masih terus berusaha membela diri.
“Kamu tau, Nak? Kamu terlihat bodoh sekali kali ini. Kamu seperti bukan anak Mamak yang selama ini Mamak kenal. Syla yang Mamak kenal, dia akan bangkit meski hatinya teriris.”
Aku mengangkat wajah dan menatap wajahnya penuh pertanyaan. Sejak kecil, tak pernah sekalipun mamak menyebut anaknya bodoh.
“Tapi ini beda, Maak.” Aku masih terus berusaha mebenarkan apa yang ada dalam otakku.
“Kamu tau? Mungkin ini cara Allah menegurmu. Ini cara Allah menunjukkan, bahwa Dia cemburu. Cemburu karena kamu terlalu mencintai makhluk-Nya. Bukankah kamu tau bahwa Allah itu Pencemburu? Bahkan cinta orang tua kepada anaknya pun tak boleh melebihi cinta kepada-Nya. Tidak perlu kamu tangisi, Nak. Tidak perlu disesali. Sekarang coba kamu ingat lagi, sudah berapa lama kamu tidak bermanja dengan-Nya? Sudah berapa jauh kamu pergi meninggalkan-Nya? Mendekatlah, Nak. Mendekatlah kepada-Nya. Mengadulah, sampaikan semua rasa sakit yang menggerogoti hatimu. Perbanyak taubatmu, perbanyak shalatmu. Jangan pernah lagi tinggalkan yang 5 waktu. Insya Allah, kamu akan baik-baik saja. Bangkitlah, Sayang, Mamak tau hatimu sangat kuat.” Kecupan lembut mendarat di ubun-ubunku. Ku peluk erat wanita yang sangat bijaksana, wanita yang cintanya seluas samudera. Biarlah kami menangis bersama malam ini, agar esok bisa ceria seperti biasa.
Jika kita mau berbagi kebahagiaan dengan orang-orang terdekat, maka kebahagiaan itu akan semakin bertambah. Tapi jika kita berbagi kesedihan dengan orang-orang terdekat, maka kesedihan itu semakin berkurang. Yang ada hanya kekuatan tuk bangkit jadi lebih baik. Terimakasih keluarga tercinta, sahabat-sahabat terhebat semoga kita tetap jadi wanita yang tangguh. Terimakasih juga untukmu, yang sudah memberi rasa sakit dan kecewa. Sakit ini akan membuat aku sadar bahwa aku bisa jadi pribadi yang baru.
****
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Rad: 11)

            Sejak obrolan malam itu, aku mulai memperbaiki diri. Mulai memperbaiki segala hal yang aku anggap salah. Memperbaiki hubungan dengan keluarga, dengan para sahabat, terutama hubunganku dengan Pemilik Hati. Aku perbanyak teman dan sahabat-sahabat yang bisa mengingatkan jika aku mulai lalai. Aku bersyukur dikelilingi oleh orang-orang yang sangat luar biasa, orang-orang yang ketika melihatnya aku ingat Allah. Aku benar-benar ingin menjadi pribadi yang baru, pribadi yang berbeda dengan diriku di masa lalu.
            Semua terasa sangat berat dan menyakitkan pada awalnya, tapi ketika kuikuti semua nasihat Mamak, perlahan tapi pasti luka di hatiku mengering. Aku perbanyak waktu bermanja dengan Sang Khaliq. Air mata habis terkuras ketika aku bersujud, tak pernah terbendung isak dan tangis saat ku mengadu. Tapi itulah yang menjadi sumber kekuatanku. Hatiku kuat.
            Sebagian teman ada yang mengatakan padaku, “katanya sih kalo orang patah hati bakal lama move on-nya. Berapa lama kamu bareng dia, selama itu juga kamu baru bisa move on. Tapi perkataan itu salah, aku hanya butuh waktu satu bulan untuk kembali tersenyum ceria seperti dulu. Bahkan aku merasa kondisi fisik dan psikis aku semakin membaik.
            Sesakit apapun hati ini, aku selalu berusaha berpikir positif. Aku percaya, ini cara Sang Pemilik Hati membalikkan hatiku yang pernah berbalik arah. Allah menegurku melalui kejadian ini. Pernikahan yang aku harapkan bersama dia melalui jalan yang salah. Jalan yang melanggar aturan-Nya. Aku telat menyadari semua ini. Tapi tidak mengapa. Allah selalu membuka jalan untuk hamba yang senantiasa merindukan jalan pulang.
            Saat ini, duniaku terasa semakin berwarna. Aku bisa bernapas lega bisa melepaskan hal-hal yang tidak sepatutnya aku miliki. Langkah kakiku terasa jauh lebih ringan. Aku semakin punya banyak waktu untuk diriku sendiri, untuk keluarga, juga untuk sahabat-sahabat yang selalu mendukungku. Apakah perjalanan kisahku hanya sampai di sini? Tentu tidak. Justru kejadian itu menjadi awal langkah kakiku menuju jalan yang baru, jalan yang selalu aku harapkan penuh Ridha-Nya. Jalan yang akan mengantarkanku mengenal aarti cinta yang sesungguhnya. Cinta yang tak pernah pudar. Ketika aku berharap pada manusia aku mendapatkan kekecewaan, ketika aku berharap pada Allah aku mendapat kebahagiaan.
Hujan disenja kali ini biarlah menutup segala lembaran kisah sedih yang pernah aku alami. Biarkan hujan ini yang akan menghapus semua jejak-jejak rindu yang salah. Hujan kali ini pun membawa cerita baru, cerita tentang hijrahku di jalan-Nya. Perpisahan ini memang menyakitkan. Banyak pihak yang tersakiti, terlebih aku dan keluargaku. Tetapi tak mengapa. Setiap kejadian selalu ada hikmahnya. Perpisahan ini bukanlah hal yang buruk, justru inilah perpisahan termanis yang pernah aku alami. Perpisahan yang mengantarkanku pada pertemuan-pertemuan yang indah, pertemuan penih cinta di jalan-Nya.
            Jika kau terlalu mencintai sesuatu melebihi cintamu pada-Nya, maka tunggu saja sampai Dia mengambil apa-apa yang sangat kau cintai.

Selesai.



Tulisan ini pernah diikutsertakan dalam sayembara menulis Berbagi Semangat yang diselenggarakan oleh penerbit Wahyu Qolbu.

Selasa, 05 Januari 2016

Perjalanan Panjang

Diposting oleh Unknown di 20.26 0 komentar
"Teruslah menebar kebaikan meski tak ada orang lain yang memuji. Karena Allah menilai bukan dari pujian manusia. Bisa saja kebaikan itu menjadi perantara seseorang untuk mendapat hidayah dari Allah."
Ini tentang Jilbab yang saya kenakan. Dulu saya memakai jilbab sekedarnya aja. Iya sekedarnya. Saya selalu merasa Wah setiap melihat wanita yang berparas cantik, rambut lurus terurai, kulit putih mulus. Sempat juga terpikir itu wanita sangat cantik. Sebaliknya saya merasa aneh setiap melihat teman-teman yang memakai baju longgar, jilbab panjang terulur. Warna pakaian yang gelap, tidak cerah. Saya sempat berpikir apa mereka tidak merasa panas dengan pakaian seperti itu? Apalagi dengan cuaca yang lumayan panas.
Tapi seiring berjalannya waktu, kesadaran saya tentang aurat kembali normal. Semua bermula karena waktu itu ramai fenomena Jilboobs. Setelah melihat postingan itu, saya menangis. Iya menangis. Saya malu sekali. Sangat malu. Saya teringat dengan foto-foto yang pernah saya posting di akun-akun medsos. Setelah puas menangis, saya mengunci foto-foto yang yang menurut saya tidak pantas.
Sekarang saya justru sangat iri melihat muslimah-muslimah yang memakai jilbab panjang, pakaian longgar. Bahkan selalu lirih meminta, "apa pantas jika saya memakai seperti itu?"
Lalu saya belajar merubah cara berpakaian, saya tinggalkan celana-celana panjang, baju-baju T-shirt, Jeans, saya ganti dengan blouse longgar, rok panjang. Jilbab yang tipis saya lapisi dengan jilbab yang lain. Iya, saya mulai belajar memperbaiki diri, menambah teman yang bisa menambah pemahaman saya tentang muslimah.
Saya bangga jadi muslimah. Saya bangga bisa belajar menutup aurat yang sesuai syariat. Saya belajar melupakan masa lalu saya yang kelam. Saya bersyukur bisa merasakan cinta-Nya.
Terkadang saya merasa sakit ketika ada seseorang yang memandang remeh wanita-wanita berjilbab sesuai syariat. Sakit sekali hati saya. Bahkan bisa langsung naik emosi kalau ada yang meremehkan mereka. MEski saya belum seperti mereka, tapi saya bangga terhadap mereka.
Mereka muslimah yang terus mencintai Rabbnya, Muslimah yang terus melangkah di jalan-Nya. Saya ingin menjadi bagian dari mereka.
Saya bangga bisa menutup aurat. Saya mendukung gerakan Indonesia Menutup Aurat.
Semoga muslimah-muslimah lain bisa merasakan nikmat hidayah yang diberikan oleh-Nya.

*CillaRS*06012016*

Senin, 04 Januari 2016

Waffle Teddy Bear at Istana Ice Cream Pangkalan Kerinci

Diposting oleh Unknown di 21.15 0 komentar
Hei-hei buat kamu yang doyan eskrim dan berada di sekitaran Pangkalan Kerinci, kalian harus nyoba nih es krim di Istana Ice Cream. Selain tampilannya lucu, rasanya juga yahuuuudddd :)
Ini namanya Waffle Teddy Bear, harganya murah meriah. cuma Rp. 10.000. Murah kaaan???
Enak, lucu, murah. Pokoknya harus dicoba deh.
Tempatnya enak, bersih dan nyaman. Pokoknya ini tempat saya rekomendasikan banget deh.
dicoba yaaa teman-teman..
:)
Istana Ice Cream Pangkalan Kerinci
Alamat Jalan Pemda (ledih dekat dari BTN Lama) Pangkalan Kerinci

Jumat, 26 September 2014

4x6 atau 6x4?

Diposting oleh Unknown di 20.49 0 komentar
Beberapa waktu terakhir ini ada fenomena yang cukup menarik. Soal perkalian matematika kelas 2 SD. Banyak respon pengguna ssosial media, ada yang menanggapi positif dan negatif.
Pada dasarnya 4x6 = 6x4 = 24. Hanya saja proses menuju hasilnya yang berbeda. Saya tidak membahas tentang hasil perkalian tersebut ataupun tindakan guru tersebut memberi nilai.
Si Pengunggah foto tersebut sudah mengatakan, ini bukan tentang nilai tapi tentang kreatifitas anak yang seperti dibatasi oleh sebuah konsep. Padahal salah satu kemampuan yang ingin dicapai setelah belajar matematika adalah mampu berpikir kreatif dan kritis. Jadi menurut saya, apapun jawaban dari seorang siswa harus tetap diapresiasi karena mereka memiliki kreatifitas sendiri. Namun jika tidak sesuai konsep, maka tugas kita sebagai seorang guru memfasilitasi dan mengarakan siswa pada konsep tersebut.

Mari menjadi pengguna internet yang cerdas, jangan melihat suatu hal hanya dari satu sisi.

Terimaksih.

_RS_

Sabtu, 19 Juli 2014

140714, Hari itu

Diposting oleh Unknown di 00.16 0 komentar
140714, Senin kala itu.
hari dimana aku duduk dikursi pesakitan menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari mereka. biasanya mereka terlihat ramah, tapi tidak untuk hari itu. mereka terlihat sungguh menyeramkan. sebelum giliranku tiba, entah mengapa kondisiku aneh. lemas, keringat dingin, mulas dan mual semua bercampur jadi satu. rasanya benar-benar aneh. hahaha. cukup sekali itu saja aku merasakan yang demikian. lebay memang. apalagi ketika aku tak bisa menjawab apa yang mereka tanya, seketika aku memucat. pasi.
tapi alhamdulillah, hasilnya sesuai yang diharapkan. aku lulus :D
yay!!! lulus dari dunia kampus, saatnya kembali kehidupan nyata. menghadapi kerasnya dunia.
tapi tenang saja, sekeras apapun dunia ini, aku tetap cinta kamu *ngook*

Sabtu, 25 Januari 2014

3rd: tentang Bapak, juga Mamak

Diposting oleh Unknown di 19.59 0 komentar
Tulisan ini aku buat beberapa hari yang lalu, hari yang bertepatan dengan kepergian bapak. Kepergian yang genap 3  tahun. Tapi ini bukan melulu tentang bapak yang udah pergi, tapi juga Mamak. Wanita yang sampai saat ini masih mengirimkan doa untukku, juga untuk kakak-kakakku.

18 Rabbiul Awwal 1435

Bapak, hari ini tepat 3 tahun kepergianmu
kehilanganmu, sudah pasti
sosok yang begitu bersahaja di mataku
darimu, aku belajar tentang sebuah kesabaran
darimu, aku belajar tentang keikhlasan
darimu, aku belajar memaafkan
darimu, aku belajar makna ketulusan
darimu, aku belajar memberi tanpa pamrih
darimu, aku belajar kerja keras
darimu, aku belajar kesetiaan
darimu, aku belajar mengasihi dan menyayangi sesama
darimu, aku belajar segalanya.
maaf, Pak
sampai saat ini aku masih belum mewujudkan cita-cita kita
belum mampu mempersembahkan gelar yang mereka sebut Sarjana
maaf, Bapak
sampai hari ini aku hanya bisa memandangi punggung-punggung yang terus menjauh
tapi aku yakin Bapak
suatu hari nanti mereka yang akan memandang punggungku.
juga terimakasih tak terkira untukmu
kau berikan keluarga yang saling memiliki
keluarga yang memiliki kehangatan tak terkira
keluarga yang mengajarkan aku arti sebuah kesederhanaan.
hari ini bukan hanya tentangmu, Pak
tapi tentang dia, wanita terhebat dalam hidupku
dia wanita yang kita panggil Mamak.
darinya aku belajar kuat
darinya aku belajar tegar
darinya aku belajar tersenyum meski suasana hati tak selalu indah
darinya aku belajar bangkit dari sebuah kehilangan
dia yang selalu memarahiku
dia jua yang tak pernah lelah melafalkan doa untukmu, juga untuk anak-anaknya
dia yang terus menahan sakit yang perlahan-lahan merayapi tubuhnya.
dia yang selalu berkata "Mamak baik-baik saja"

maaf Bapak, maaf Mamak, maaf Mbak, maaf Mas.
lagi-lagi sampai saat ini aku belum bisa wujidkan cita-cita kita bersama
maaf aku masih belum menjadi apa yang kalian harapkan.

terimakasih Bapak, terimakasih Mamak, terimakasih Mbak, terimakasih Mas
kalian selalu ada saatku rapuh,, taatku terjatuh, saatku merintih.
meski tak kurasa dekap kasih sayang kalian, tapi aku tahu
ada rasa sayang yang sangat besar untukku

Syukron katsir Yaa Rabb,
Engkau telah berikan keluarga yang sangat luar biasa untukku
Yaa Rabb, jaga Bapak untukku,
juga sampaikan sejuta rindu untuk Bapak dariku dan dari mereka yang senantiasa menyayanginya.

merindukanmu selalu, Bapak ({})

Rohati Susilawati (_RS)
Pekanbaru, 18 Rabbiul Awwal 1435 H ( 20 Januari 2014) 17:33WIB

Selasa, 28 Mei 2013

Hanya Iseng

Diposting oleh Unknown di 08.48 0 komentar


Lagi lagi selalu tentangmu. Ya, kamu. Tak pernah yang lain. Kali ini aku tak mampu memejamkan mata dengan tenang, lagi. Karena mu, lagi. Sekuat mungkin ku tahan kristal-kristal bening ini berselancar dipipi. Namun aku tak sanggup. Sakit? Tidak. Kecewa? Juga tidak. Aku hanya measa sedikit perih di dada, di hati ini.
 

Coretan Cilla R S Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei