Rabu, 27 Februari 2013

Sandaran Hati #2

Diposting oleh Unknown di 05.56


Sandaran Hati :: 2
:: semestinya cinta tidak memandang waktu kapan dia akan datang. Seharusnya cinta yang tulus adalah cinta yang bisa menerima semua keadaan. Dan sejatinya cinta itu menemukan sandarannya sendiri, tanpa kita bisa untuk memintanya::
****
Plakk....
Aku meringis memegangi pipi yang di tampar Denny.
“ngapain kamu duduk deket-deket cowok tadi???ngapain haah???” denny membentakku.
“aku,,aku,,,aku ga ngapa-ngapain..Cuma ngo..ngobrol soal skripsi aja..dia itu senior aku waktu di SMA.” Aku terbata menjawab pertanyaannya.
“aku ga peduli dia siapa, apa aja yang kalian omongin. Yang aku peduliin tuh kamu ngapain duduk dekat dia?”
“ga ngapa-ngapain. Cuma ngobrol itu aja,” aku mulai menitikkan air mata.
“perlu duduk sedekat itu?? Aku udah pernah bilang kan? Jangan duduk sedekat itu sama cowo lain kan?” dia terlihat semakin emosi.
Aku tertunduk dan terisak, “maaf. Aku ga perhatiin dia”
“kau tuh emang ga pernah sadar kalo aku belum marah kan??? Jawab aku, ngapa kau dekat-dekat dia duduknya tadi?’ nada bicara dia makin meninggi, nafasnya kian memburu. Aku semakin tertunduk, air mata kian deras mengalir.
“aku ga ngapa-ngapain. Kenapa sih ga mau dengerin penjelasan aku dulu?”
“penjelasan apa hah?? Penting buat aku?? Apa gunanya??”
“emang ga penting buat kamu, tapi,,tapi penting buat aku”
“alaaahhh, udah lah. Emang dasar kau tuh lo***e, pe***k, an***g, kau tuh ga pantes pake jilbab. Puercuma kalo kau kuliah di sini kalo kelakuan kau kaya gini. Ngapain kau dekat-dekat dia haa?? Mau jual diri kau? Berapa tarif kau satu jam?”
Cacian demi cacian terlontar dari mulutnya, aku tak mampu membalas kata-kata kotornya itu. Aku Cuma bisa menangis menahan rasa sakit di hati aku atas hinaan ini.
“kenapa kau masih diam? Kau kalo aku tanya sekali jawab sekali yaa!”
Dia semakin emosi, aku hanya menggeleng. Air mata kian deras mengalir dipipi. Aku tetap terdiam. Aku hanya bisa berkata dalam hati , ‘ rabbi, sungguh pedih hati ini atas perlakuannya. Aku menyesali semua perbuatanku. Aku tak yakin sakit ini akan hilang. Aku haramkan dia jadi kekasih halalku. Sampai kapanpun itu.’
Aku masih takut untuk menatapnya, pikiran ku kacau.
“aku,,aku,,aku Cuma-“
Buugghh... kali ini bukan tamparan, tapi sebuah tonjokan mengenai mulutku. Aku jatuh terduduk dan merintih sambil memegang mulut ku yang terasa pedih.
“dasar cewek munafik kau. Mending kau lepas jilbab itu sekarang,” dia kembali teriak dan menarik jilbabku.
“jangan yaankk, jangan paksa buat buka jilbab,” sekuat tenaga aku mempertahankan jilbab ini. Aku semakin menangis, tanpa kusadari darah segar menpetes di sudut kanan bibirku. Aku tak peduli rasa pedih di sekitar mulutku.
“ya ampun, cinta...bibirnya pecah, berdarah lagi. Maaf,,maaf aku udah kelewatan.” Dia mencoba menghapus darah yang menetes di bibirku dan memanggil dengan panggilan sayang nya ‘cinta’, tapi aku menepisnya.
Aku menatapnya tajam, tanpa keluar kata-kata air mataku mengalir kembali.
“maaf, bener-bener maaf yah..” dia mengeluarkan sapu tangan dari dalam saku jaketnya dan mengelap sisa-sisa darah yang masih menempel dibibirku.
“ga papa.” Jawabku singkat.
“sakit yah??” dia terlihat cemas.
“ ga kok.”
“jangan bohong lagi, sakit kan? Maaf udah kelewatan”
“Cuma pedih aja sedikit. Iya ga apa-apa.”
“ yaudah, yuk kita pulang. Tapi hapus dulu air mata kamu”
Aku menghapus air mata yang masih mengalir, dan mencoba tersenyum. ‘luka di bibir ini tidak terlalu sakit. Beberapa jam lagi juga udah sembuh. Tapi ga luka yang dihati aku.’ Aku bergumam dalam hati.
10 menit kemudian kami sampai kos, aku langsung turun dari motornya.
“kamu istirahat ya,,bibirnya di kompres biar ga bengkak” ucapnya sambil mengusap kepalaku dengan lembut.
“iyah. Kamu hati-hati ya. Kasih tau kalo udah sampe rumah” jawabku sambil mencium punggung tangannya.
“ok. Aku pulang yaa” dia menarik gas motornya dan meninggalkan kosku.
 Aku berjalan gontai ke arah kamarku, hatiku terus bergumam, ‘aku udah pernah ngerasain sakit yang lebih dari ini, dan aku masih tetep kuat. Luka fisik bisa sembuh dengan cepat, tapi luka hati butuh waktu yang lama buat nyembuhinnya, atau mungkin bisa dibawa sampai mati’.
Brukk,,,aku membanting tas ke atas tempat tidur. Kejadian tadi terus menari-nari di pikiranku. Entah sampai kapan aku akan terus terjebak dalam keadaan ini. Aku lelah sekali.
Ddrrrtt,,drrtt,,drtt.
Lamunanku buyar karan kurasakan getaran dari ponselku. Ada pesan masuk, langsung ku baca pesan itu.
From: abangKuu
Aq udh smpe. Met istirahat. Jgn cba mcem2. Cma kmu yg ngerti aq. Love u
Dengan enggan ku balas pesan itu.
To: abangKuu
Sykr klo udh smpe. Nh mo tdur. Lve u 2.
Lalu ku pencet tombol send.
Hufftth,,,berkali-kali aku menghela nafas berat. Kupejamkan mata ini. Penyesalan kian terasa di hati aku. Andai saja dulu aku ga kenal dia, ga ngelakuin ‘hal itu’, mungkin aku bisa bebas dari dia. Pernah kucoba buat lepas dari dia, aku ga peduli kalo ga ada lagi laki-laki yang bisa nerima keadaan aku. Tapi dia gak mau, dia berjanji akan berubah. Tapi kenyataanya tetap seperti ini. Air mataku mulai menetes. Hatiku sakit, sakit sekali. Pikiranku kacau, teramat sangat kacau.
“aaaaaaaarrrrrrrrrrrggggggggggghhhhhhhh” tiba-tiba aku berteriak histeris.
Ku acak-acak semua benda-benda yang ada dikamar ku. Aku tak tau kenapa seperti ini. Aku Cuma merasakan gejolak dalam hati aku. Emosi memuncak. Aku berjalan mendekati meja riasku.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Coretan Cilla R S Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei