Rabu, 27 Februari 2013

Sandaran Hati #3

Diposting oleh Unknown di 05.59


Sandaran Hati :: 3
:: sahabat adalah dia yang menyediakan bahu saat kau butuh sandaran, menyeka airmatamu saat kau menangis, memapahmu saat kau tak berdaya, dan selalu membisikkan kata-kata penyemangat di telingamu. sahabat akan bahagia saat kau bahagia, dan akan menangis saat kau menangis. ::
****
Praanggg......
.aku memecahkan cermin itu dengan tangan ku.
“aaarrggghhh,” aku berteriak lagi, meringis menahan sakit di tangan ku, terlebih sakit di hatiku.
“kenapaaa.....kenapa justru ini yang aku rasain?? Buat apa aku hidup? Aku capee..cape banget,” aku menangis pilu.
“dulu aku yakin sama perasaan aku ke kamu. Aku yakin hati aku buat kamu. Aku yakin kamu ga bakalan sakiti hati aku. Aku yakin kamu itu sandaran hati aku. Tapi kenapa kamu lupain janji itu? Kenapa?” aku masih meratapi peristiwa yang ku alami.
Dengan nafas memburu, aku mengambil pecahan cermin itu. Kumantapkan hatiku untuk menggoreskan cermin itu ke pergelangan tanganku. Berkali-kali aku mencoba, tetap saja nadiku tidak terpotong. Cuma goresan-goresan di pergelangan tangan yang terasa perih.
Aku masih menangis, masih meluapkan amarah dengan memporakporandakan kamarku. Hati aku terlalu sakit. Aku tak bisa berpikir jernih lagi. Aku hanya ingin mengakhiri hidup ini. Aku terduduk lemas di sisi tempat tidurku, pergelangan tangan ku masih mengeluarkan sedikit darah, terasa pedih karena bercamppur keringat. Pikiran ku sedikit tenang.
Tok..tok..tok
Terdengar ketukan dipintu kamarku. Aku diam tak bergeming.
“La, kamu udah makan? Aku bawain bakso nih buat kamu.” Terdengar suara Nabila di depan kamarku. Aku masih enggan menjawab panggilannya. Aku melirik jam yang tergantung di dinding kamarku.
Jam 6 sore? Selama itu kah aku mengamuk? Hhufftthh,,aku menghela nafas lagi.
“La,, kamu tidur? Aku masuk ya?” ternyata Nabila masih ada di depan kamar ku.
Aku masih tak menghiraukan suara Nabila, aku masih memejamkan mataku. Aku yakin, Nabila pasti terkejut melihat keadaan kamarku yang seperti kapal pecah ini.
Ckleekk...
“ astaghfirullah, La kamu kenapa? Kok berantakan gini?” Nabila cemas melihat keadaan ku dan langsung duduk di sampingku. Aku diam, meski ada dia disisiku. Tatapanku kosong.
“La, kamu kenapa harus kaya gini? Kamu mau bunuh diri? Kamu ga sayang sama diri kamu sendiri? Ga sayang sama ibu? Ga inget pesan almarhum bapak?” Nabila menangis dan menarik ku dalam pelukannya. Aku masih diam.
“bentar, aku ambil betadine sama perban dulu ya..”dia beranjak meninggalkan kamarku.
Aku mulai menangis lagi, kata-kata Nabila tadi benar-benar membuatku semakin sedih. Aku masih punya ibu, aku masih punya keluarga, aku masih punya amanah yang belum terlaksanakan. Aku Cuma bisa nangis. Nabila sangat baik, dia selalu menjagaku.
“sini tangan kamu. Aku obatin dulu.” Nabila menarik tanganku, dan mulai mengobati luka dipergelangan tangan akibat goresan kaca.
“aww..pedih Na,” aku meringis menahan pedih.
“tahan lah. Tadi kamu pas goresinnya ga sakit kan? Kok sekarang kerasa pedih nya?”
Aku Cuma bisa diam mendengar ucapannya itu. aku menoleh ke arahnya. Air muka nya terlihat serius memasang perban di tanganku yang hampir selesai.
“Na, makasih ya udah selalu ada buat aku.” aku memeluknya erat.
“iyah sama-sama La. Kamu itu sahabat aku, jadi aku ikhlas bantuin kamu. Mm....kamu kenapa? Berantem lagi sama Denny?” dia mengelus rambutku dengan lembut. Walaupun usia kami sama, tapi dia lebih dewasa, lebih tenang dalam menyikapi segala hal, dan lebih sabar menghadapi aku yang emosian.
Hufh,,aku mengehembuskan nafas lagi. “iya. Tadi ribut di kampus Na. Malu banget diliatin orang-orang. Sampe rumah malah ngamuk ga jelas gini jadinya. Aku cape Na. Aku bosen idup kaya gini,” aku mulai menceritakan masalah yang mengganggu pikiranku.
“aku yakin, kamu tau solusi terbaik untuk diri kamu. Kamu itu harusnya udah bisa berpikir, mana yg baik mana yang ga. Kalo kamu uda ga tahan, ya udah tinggalin aja. Lupain masa lalu kamu sama dia. Jangan putus asa, apalagi sampe mau bunuh diri. Inger La masih banyak orang yang tulus sayang sama kamu, banyak orang yang butuh kamu. Krna aku tau, kam itu tulus sayang sama orang lain. Tolong kamu pikirin baik-baik, biar ga makin nyesel kedepannya.” Nasihat Nabila yang panjang itu membuat hatiku tenang, aku semakin erat memeluknya. Dia sahabat terbaikku.
“ya udah, kamu bersih-bersih badan gih, ntar lagi maghrib. Biar aku yang beresin kamar kamu” dia melepas pelukan ku. Aku megangguk, dan bergegas ke kamar mandi.
Sebelum menyiramkan air ketubuh ku, sekilas ku lihat wajah yang sangat berantakan di cermin itu. ya, itulah wajahku saat ini. Aku mengusap sudut bibir yang masih terasa nyeri. Ini belum seberapa. Dulu aku pernah mengalami kekerasan fisik lebih dari ini. Dulu aku masih belum bisa mengendalikan emosi, pernah suatu kali  Denny berkata kasar dan mencaciku, hatiku sakit dan tidak terima. Dengan emosi yang tak tertahankan, ku layangkan kepalan tanganku ke arah mulutnya sampai berdarah. Sekarang aku mulai belajar menjadi cewe feminin. Dan aku belajar sabar serta memaafkan orang-orang yang melukai hati aku.
“Laaa, kamu ga papa? Kok lama banget mandinya? Udah adzan itu.” terdengar teriakan Nabila dari luar kamar mandi.
“ iya,iya, aku ga apa-apa kok. Ni juga mau selesai.” Sahutku.
Segera ku selesaikan acara mandi kali ini, aku terkejut saat melihat keadaan kamar ku. Kamar yang tadi seperti kapal pecah kini sudah rapi lagi. Aku langsung mengerjakan kewajibanku. Selesai shalat, aku keluar kamar menuju ruang tengah. Disana sudah ada Nabila yang sedang menyiapkan semangkok bakso untuk ku.
“nih makan,” dia menyerahkan mangkok itu.
“tengkyu Nana saiiank,” aku menerima mangkok itu dan langsung menyantap isinya.
Samar-samar ku dengar sebuah lagu.
Teringat ku teringat pada janjimu ku terikat
Hanya sekejap tuk berdiri, ku lakukan sepenuh hati
Peduli ku peduli, siang dan malam yang berganti
Sedih ku kini tak ada arti,
Jika kaulah sandaran hati, sandaran hati
(sandaran hati – letto)
“ itu lagu dari mana sih Na?”
“dari kamar aku, tadi aku lagi ngidupin musik di laptop. Kenapa?”
“ga papa. Pas banget lagunya, hehe” jawabku asal.
“suatu saat hati kamu pasti dapet sandaran yang tepat. Percaya deh  sama Nana yang manis ini.”
“uhuk,,uhu,,uhuk...manis?? ga salah tuh?? Aku nyoba donk.” Aku pura-pura terbatuk mendengar pernyataanya.
“nih coba bogem aku,” sahutnya sambil mengepalkan tangan ke arahku.
“hahaha...lucu kamu Na,”
“aku seneng liat kamu ketawa kaya gini La, jangan sedih-sedih lagi ya.”
“iya, Na. Makasih ya, kayanya makin lama aku makin saaa—“ ucapanku terpotong karena ponselku bergetar. Ku ambil ponsel yang ada di meja itu, ada panggilan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Coretan Cilla R S Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei