Rabu, 27 Februari 2013

Sandaran Hati #6

Diposting oleh Unknown di 06.05


Sandaran hati :: 6
Bagian yang ini makin ga jelas kayanya, dari kmren bebel nih otak. Huhuuhu. Maksih udah mau baca. Mohon kritik dan saran. Maaf ganggu notif kalian ya. Heppi reading. J
****
::tinggalkan saja jika cinta itu justru membuat mu menderita. Percayalah, kelak akan ada pengganti yang mampu mengahapus air mata di hatimu ::
****
“maksud kau ngomong itu apa hah? Napa kau bawa-bawa mamak aku? Enak aja ya mulut kau tuh ngomong gitu,” aku menjawab tak kalah emosi, dai terkejut melihat reaksiku.
“dah berani kau ngomong gitu sama aku hah?” dia mendekat ke arahku, dan
Buugghhh......
Aku meringis merasakan ngilu di lengan kananku. Aku menatap tajam ke arah Denny.
“Cuma segitu? Kenapa di lengan? Nih muka aku sekalian,” aku berteriak di depan mukanya.
“ setaaaan. Anj**g, b**i kau. Kenapa sih kau selalu pancing marah aku? Padahal tadi aku udah mau ngomong baik-baik sama kau. Sekarang kau malah minta aku pukul kau lagi? Emang setan lah kau nih,” nafasnya memburu, emosinya semakin tinggi.
Aku diam tidak membalas perkataannya itu.
Buughh...
Ku layangkan kepalan tanganku ke arah bibirnya. Dia terhuyun kebelakang mengusap daerah yang aku tonjok itu.
“kenapa? Kaget kau liat aku berani nonjok kau? Itu buat semua cacian yang udah kau ucapin ke aku dan biar kau juga ngerti, kalo aku tuh pengen putus. Sadar, cinta ga bisa dipaksain.”
Dia terkejut melihat reaksiku, aku mendekat kearahnya dan mengusap darah yang mulai menetes dari sudut bibirnya.
“plis jangan pergi, La. Cuma kamu yang bisa ngerti aku, Cuma kamu yang aku pengenin. Aku rela nentang mereka semua buat belain kamu. Pliss,” dia menggenggam tanganku.
“ga bisa. Udah cukup kamu sakiti aku. Udah cukup kamu atur hidup aku. Sekarang aku pengen melangkah sesuai jalan yang aku pengenin.” Aku melepas genggaman tangannya dan beraanjak meninggalkannya.
“ La, ga inget kamu sama semua kenangan kita? Walaupun nyakitin buat kamu, tapi kan ada saatnya kamu ketawa bahagia ma aku,”
“ya, emang ada. Tapi lebih banyak aku pendam rasa ga nyaman itu.” Aku berbalik dan menatap ke arahnya.
“kamu ga inget semua yang udah kita lakuin? Aku udah ambil semuanya dari kamu. Aku udah nunjukin kao aku bisa tanggung jawab.”
“aku ingat. Justru karena itu aku putusin buat pergi. Itu kebodohan terbesar dalam hidup aku. Aku udah ikhlas dan aku ga akan minta kamu tanggung jawab.”
“ikhlas kamu bilang? Enak ya bilang gitu. Kamu ga mikir kedepannya gimana? Apa ada orang yang bisa nerima keadaan kamu yang kaya gini?” dia berjalan mendekatiku lagi.
“aku udah yakin dengan keputusan aku. Harusnya kamu seneng karena aku ga nuntut apa-apa dari kamu,”
“kamu tuh salah, harusnya kamu yang bersyukur karena aku ga lepas tangung jawab. Kalo kamu tetep dengan keputusan itu, aku bersumpah GA AKAN ADA ORANG YANG BISA DAPETIN KAMU DAN GA AKAN ADA ORANG YANG BISA NERIMA KEADAAN KMU YANG KAYA GINI. Inget itu, La” dia berteriak marah dan semakin dekat dengan ku.
Buugghhhhh....
Sekuat tenaga kulampiaskan amarah lewat kepalan tanganku.
“itu untuk yang terakhir kalinya au nonjok kamu. Itu juga buat bukti gimana sakitnya hati aku, dan yang lebih penting itu balesan karena kamu uda hina mamak aku. Satu lagi, aku ga peduli kalo suatu saat ga da yang mau nerima keadaan aku kaya gini, AKU GA PEDULI.” Aku teriak di depan mukanya dan berlari meningglakan dia yang masih terduduk mengusap bibirnya.
Aku terus berlari, tak ingin ku menoleh kebelakang. Aku tak ingin luluh pada masa lalu yang menyakitkan itu. ‘tuhan, semoga ini keputusan terbaik yang aku ambil. Jangan biarkan au terjebak dalam kebodohan itu lagi’ aku menangis dan terus berlari.
Aku berhenti dibawah pohon pinggir jalan. Dada ku sesak, semua berkecamuk dalam hatiku. Rasa sedih, kesal, bercampur jadi satu. Nafasku tersengal, kepala ku pusing. Lalu semua jadi gelap.
****
Aku mengerjapkan mata.memandang sekelilingku. Ruangan bercat biru berpadu dengan warna hijau dan kuning. tempat tidur besar dan nyaman. Dimana ini? Ruangan ini asing sekali. Aku duduk dan menatap sekeliling, aku semakin bingung.
Cklekk... pintu kamar terbuka. Muncul seorang cowok yang asing buat aku. Dia mendekat kearahku.
“udah sadar?” dia tersenyum manis dan meletakkan nampan yang berisi air putih dan makanan di meja sebelah tempat tidur.
“aku dimana ? kamu siapa?”
“aku Dika. Kamu ada dirumah aku sekarang. Nih minum dulu,” dia menyodorkan air putih tadi.
Aku menatap ragu gelas itu. Aku takut orang ini punya niat jahat.
“minum aja, aku ga akan macem-macem kok. Tenang aja.” Dia tersenyum dan meyakinkanku.
Perlahan ku teguk air itu sampai tinggal setengah. Dan menyerahkan gelas itu kembali.
“makasih. Kok aku bisa disini?” aku heran, karena orang ini terus menatapku.
“tadi kamu pingsan di pinggir jalan, aku ga tau rumah kamu dimana, mau liat alamat kamu juga aku segan buka dompet kamu. Jadi au bawa kamu kesini sampe kamu sadar.”
Aku kembali mengingat apa yang terjadi sampai aku pingsan. Orang ini senyumnya selalu mengembang setiap berbicara. Aneh.
“makasih ya. Sekarang aku mau pulang. Dimana tas aku?”
“tapi kamu kan baru sadar. Istirahat aja dulu sebentar, nanti aku anter pulangnya.” Dia memberikan barang-barangku.
Benda yang pertama aku cari adalah ponsel kesayanganku. Ada 3 pesan yang masuk dan 5 panggilan yang tidak ku jawab. Aku langsung membaca pesan itu.
From: cf-Nana
Kmu dmn say?kok blm plg?td denny k sni nanyain kmu.ksh kabar scepatnya. Aq khwtr bgt.
From: arief
Dmna La? Na2 nanyain ke aq.kmu baik2 aja kan?
From: abangKuu
Kmna?kok ga da di kos?
Aku mengernyit heran membaca pesan itu. Sudah berapa lama ku disini? Aku berjalan kearah jendela dan membuka tirainya. Lampu-lampu jalan udah nyala. Ah, aku lupa melihat jam yang tertera di ponsel ku. 20:15. Aku terkejut.
“sebenernya ini dimana? Kamu siapa? Udah berapa lama aku disini?”aku memeberondong pertanyaan kepada orang itu.
“dirumah aku, aku Dika. Kamu disini dari siang. Kalo kamu mau pulang, aku bisa antar sekarang.” Senyumnya manis banget, kaya lolipop. J.
Aku mengangguk dan membereskan barang-barangku. Dia berjalan mendahuluiku keluar kamar. Aku terus bertanya-tanya. Siapa laki-laki ini. Kenapa dia baik banget sama aku? aku terus berjalan keluar rumah, ga terlalu besar, tapi cukup nyaman.
“tunggu di sini ya, aku mau ambil mobil dulu.” Dai menutup pintu rumah dan berjalan ke garasi. Rumah yang sederhana, sesederhana penampilannya.
Honda Jazz silver berhenti di depanku, dia keluar dan membukakan pintu untuk ku.
“silakan masuk,” dia tersenyum lagi. (kalo sering-sering liat senyumnya yang manis itu, bisa meleleh hati aku. J )
“makasih,”
Sepanjang perjalanan kami hanya diam, sesekalai dia bersenandung riang. Aku tersenyum mendengarnya.
“kenapa senyum-senyum?” tanpa melirik ke arahku.
“siapa yang senym?” aku mengelak.
“tadi senyum kan? Ga usah di sembunyiin kalo mau senyum. Dari tadi diem aja, kenapa? Masih bingung?”
“iya, ini di daerah mana ya?” aku celingak-celinguk melihat keluar.
“emang rumah kamu dimana?” dia malah balik nanya. Lalu aku menyebutkan alamat rumah ku, dia manggut-manggut.
“kenapa? Ga tau ya?” tanyaku curiga.
“tau kok. Cuma 1 jam lagi kita sampe sana.” Dia tersenyum dan menyebutkan daerah tempat dia tinggal.
“asal dianterin sampe rumah aja ga apa-apa kok. Hehe”
“kalo masih ada angkot, aku ga mau anter ah.” Suasana sudah mulai mencair.
“jahat banget jadi orang,”
“becanda. Gitu aja manyun. Oiya, nama kamu siapa?” haha, aku lupa mempeekenalkan diri padanya.
“Nayla,”
“hmm, nice name.”
“tengkyuu. Kam tinggal sendiri di rumah itu?”
“ ga kok, sama orang tua. Tapi mereka lagi keluar. Mereka tau kok ada kamu dirumah, mereka yang pesen supaya aku nganterin kamu.”
“ooh”
Kami terdiam lagi, dia fokus ke jalan. Dia mengidupkan radio, kebetulan lagi ada lagu yang di putar.
Kau hadir dalam bayangan yang tak pernah ku anggap
Kau ada di dalam bayangan semu
Kau merindu dan membuat ku jatuh kepadamu
Kau menyayangku dan buat ku berkata
Ku temukan penggantinya.
(winda-ku temukan penggantinya)
Aku semakin terdiam mendengar lantunan lagu itu. Lagu itu membuat harapan baru, dapat pengganti Denny. Orang yang bisa menerima aku apa adanya.
“adduhh,’ aku mengeluh dan memegang perutku yang terasa sakit.
“kamu kenapa? Sakit perut ya?” dia terlihat cemas.
“ iya, sakit banget. Aku,,,aku,,aku,,,” terbata aku menjawab pertanyaannya itu.
TbC lagi  ya sodara.sodara.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Coretan Cilla R S Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei