Bagian
yang ini makin ga jelas kayanya, dari kmren bebel nih otak. Huhuuhu. Maksih
udah mau baca. Mohon kritik dan saran. Maaf ganggu notif kalian ya. Heppi
reading. J
****
::tinggalkan saja jika
cinta itu justru membuat mu menderita. Percayalah, kelak akan ada pengganti
yang mampu mengahapus air mata di hatimu ::
****
“maksud
kau ngomong itu apa hah? Napa kau bawa-bawa mamak aku? Enak aja ya mulut kau
tuh ngomong gitu,” aku menjawab tak kalah emosi, dai terkejut melihat reaksiku.
“dah
berani kau ngomong gitu sama aku hah?” dia mendekat ke arahku, dan
Buugghhh......
Aku
meringis merasakan ngilu di lengan kananku. Aku menatap tajam ke arah Denny.
“Cuma
segitu? Kenapa di lengan? Nih muka aku sekalian,” aku berteriak di depan
mukanya.
“
setaaaan. Anj**g, b**i kau. Kenapa sih kau selalu pancing marah aku? Padahal
tadi aku udah mau ngomong baik-baik sama kau. Sekarang kau malah minta aku
pukul kau lagi? Emang setan lah kau nih,” nafasnya memburu, emosinya semakin
tinggi.
Aku
diam tidak membalas perkataannya itu.
Buughh...
Ku
layangkan kepalan tanganku ke arah bibirnya. Dia terhuyun kebelakang mengusap
daerah yang aku tonjok itu.
“kenapa?
Kaget kau liat aku berani nonjok kau? Itu buat semua cacian yang udah kau
ucapin ke aku dan biar kau juga ngerti, kalo aku tuh pengen putus. Sadar, cinta
ga bisa dipaksain.”
Dia
terkejut melihat reaksiku, aku mendekat kearahnya dan mengusap darah yang mulai
menetes dari sudut bibirnya.
“plis
jangan pergi, La. Cuma kamu yang bisa ngerti aku, Cuma kamu yang aku pengenin.
Aku rela nentang mereka semua buat belain kamu. Pliss,” dia menggenggam tanganku.
“ga
bisa. Udah cukup kamu sakiti aku. Udah cukup kamu atur hidup aku. Sekarang aku
pengen melangkah sesuai jalan yang aku pengenin.” Aku melepas genggaman
tangannya dan beraanjak meninggalkannya.
“
La, ga inget kamu sama semua kenangan kita? Walaupun nyakitin buat kamu, tapi
kan ada saatnya kamu ketawa bahagia ma aku,”
“ya,
emang ada. Tapi lebih banyak aku pendam rasa ga nyaman itu.” Aku berbalik dan
menatap ke arahnya.
“kamu
ga inget semua yang udah kita lakuin? Aku udah ambil semuanya dari kamu. Aku udah
nunjukin kao aku bisa tanggung jawab.”
“aku
ingat. Justru karena itu aku putusin buat pergi. Itu kebodohan terbesar dalam
hidup aku. Aku udah ikhlas dan aku ga akan minta kamu tanggung jawab.”
“ikhlas
kamu bilang? Enak ya bilang gitu. Kamu ga mikir kedepannya gimana? Apa ada
orang yang bisa nerima keadaan kamu yang kaya gini?” dia berjalan mendekatiku
lagi.
“aku
udah yakin dengan keputusan aku. Harusnya kamu seneng karena aku ga nuntut
apa-apa dari kamu,”
“kamu
tuh salah, harusnya kamu yang bersyukur karena aku ga lepas tangung jawab. Kalo
kamu tetep dengan keputusan itu, aku bersumpah GA AKAN ADA ORANG YANG BISA
DAPETIN KAMU DAN GA AKAN ADA ORANG YANG BISA NERIMA KEADAAN KMU YANG KAYA GINI.
Inget itu, La” dia berteriak marah dan semakin dekat dengan ku.
Buugghhhhh....
Sekuat
tenaga kulampiaskan amarah lewat kepalan tanganku.
“itu
untuk yang terakhir kalinya au nonjok kamu. Itu juga buat bukti gimana sakitnya
hati aku, dan yang lebih penting itu balesan karena kamu uda hina mamak aku.
Satu lagi, aku ga peduli kalo suatu saat ga da yang mau nerima keadaan aku kaya
gini, AKU GA PEDULI.” Aku teriak di depan mukanya dan berlari meningglakan dia
yang masih terduduk mengusap bibirnya.
Aku
terus berlari, tak ingin ku menoleh kebelakang. Aku tak ingin luluh pada masa
lalu yang menyakitkan itu. ‘tuhan, semoga
ini keputusan terbaik yang aku ambil. Jangan biarkan au terjebak dalam
kebodohan itu lagi’ aku menangis dan terus berlari.
Aku
berhenti dibawah pohon pinggir jalan. Dada ku sesak, semua berkecamuk dalam
hatiku. Rasa sedih, kesal, bercampur jadi satu. Nafasku tersengal, kepala ku
pusing. Lalu semua jadi gelap.
****
Aku
mengerjapkan mata.memandang sekelilingku. Ruangan bercat biru berpadu dengan
warna hijau dan kuning. tempat tidur besar dan nyaman. Dimana ini? Ruangan ini
asing sekali. Aku duduk dan menatap sekeliling, aku semakin bingung.
Cklekk...
pintu kamar terbuka. Muncul seorang cowok yang asing buat aku. Dia mendekat
kearahku.
“udah
sadar?” dia tersenyum manis dan meletakkan nampan yang berisi air putih dan
makanan di meja sebelah tempat tidur.
“aku
dimana ? kamu siapa?”
“aku
Dika. Kamu ada dirumah aku sekarang. Nih minum dulu,” dia menyodorkan air putih
tadi.
Aku
menatap ragu gelas itu. Aku takut orang ini punya niat jahat.
“minum
aja, aku ga akan macem-macem kok. Tenang aja.” Dia tersenyum dan meyakinkanku.
Perlahan
ku teguk air itu sampai tinggal setengah. Dan menyerahkan gelas itu kembali.
“makasih.
Kok aku bisa disini?” aku heran, karena orang ini terus menatapku.
“tadi
kamu pingsan di pinggir jalan, aku ga tau rumah kamu dimana, mau liat alamat
kamu juga aku segan buka dompet kamu. Jadi au bawa kamu kesini sampe kamu
sadar.”
Aku
kembali mengingat apa yang terjadi sampai aku pingsan. Orang ini senyumnya
selalu mengembang setiap berbicara. Aneh.
“makasih
ya. Sekarang aku mau pulang. Dimana tas aku?”
“tapi
kamu kan baru sadar. Istirahat aja dulu sebentar, nanti aku anter pulangnya.”
Dia memberikan barang-barangku.
Benda
yang pertama aku cari adalah ponsel kesayanganku. Ada 3 pesan yang masuk dan 5
panggilan yang tidak ku jawab. Aku langsung membaca pesan itu.
From:
cf-Nana
Kmu
dmn say?kok blm plg?td denny k sni nanyain kmu.ksh kabar scepatnya. Aq khwtr
bgt.
From:
arief
Dmna
La? Na2 nanyain ke aq.kmu baik2 aja kan?
From:
abangKuu
Kmna?kok
ga da di kos?
Aku
mengernyit heran membaca pesan itu. Sudah berapa lama ku disini? Aku berjalan
kearah jendela dan membuka tirainya. Lampu-lampu jalan udah nyala. Ah, aku lupa
melihat jam yang tertera di ponsel ku. 20:15. Aku terkejut.
“sebenernya
ini dimana? Kamu siapa? Udah berapa lama aku disini?”aku memeberondong
pertanyaan kepada orang itu.
“dirumah
aku, aku Dika. Kamu disini dari siang. Kalo kamu mau pulang, aku bisa antar
sekarang.” Senyumnya manis banget, kaya lolipop. J.
Aku
mengangguk dan membereskan barang-barangku. Dia berjalan mendahuluiku keluar
kamar. Aku terus bertanya-tanya. Siapa laki-laki ini. Kenapa dia baik banget
sama aku? aku terus berjalan keluar rumah, ga terlalu besar, tapi cukup nyaman.
“tunggu
di sini ya, aku mau ambil mobil dulu.” Dai menutup pintu rumah dan berjalan ke
garasi. Rumah yang sederhana, sesederhana penampilannya.
Honda
Jazz silver berhenti di depanku, dia keluar dan membukakan pintu untuk ku.
“silakan
masuk,” dia tersenyum lagi. (kalo sering-sering liat senyumnya yang manis itu,
bisa meleleh hati aku. J )
“makasih,”
Sepanjang
perjalanan kami hanya diam, sesekalai dia bersenandung riang. Aku tersenyum
mendengarnya.
“kenapa
senyum-senyum?” tanpa melirik ke arahku.
“siapa
yang senym?” aku mengelak.
“tadi
senyum kan? Ga usah di sembunyiin kalo mau senyum. Dari tadi diem aja, kenapa?
Masih bingung?”
“iya,
ini di daerah mana ya?” aku celingak-celinguk melihat keluar.
“emang
rumah kamu dimana?” dia malah balik nanya. Lalu aku menyebutkan alamat rumah
ku, dia manggut-manggut.
“kenapa?
Ga tau ya?” tanyaku curiga.
“tau
kok. Cuma 1 jam lagi kita sampe sana.” Dia tersenyum dan menyebutkan daerah
tempat dia tinggal.
“asal
dianterin sampe rumah aja ga apa-apa kok. Hehe”
“kalo
masih ada angkot, aku ga mau anter ah.” Suasana sudah mulai mencair.
“jahat
banget jadi orang,”
“becanda.
Gitu aja manyun. Oiya, nama kamu siapa?” haha, aku lupa mempeekenalkan diri
padanya.
“Nayla,”
“hmm,
nice name.”
“tengkyuu.
Kam tinggal sendiri di rumah itu?”
“
ga kok, sama orang tua. Tapi mereka lagi keluar. Mereka tau kok ada kamu
dirumah, mereka yang pesen supaya aku nganterin kamu.”
“ooh”
Kami
terdiam lagi, dia fokus ke jalan. Dia mengidupkan radio, kebetulan lagi ada
lagu yang di putar.
Kau hadir dalam
bayangan yang tak pernah ku anggap
Kau ada di dalam
bayangan semu
Kau merindu dan membuat
ku jatuh kepadamu
Kau menyayangku dan
buat ku berkata
Ku temukan
penggantinya.
(winda-ku
temukan penggantinya)
Aku
semakin terdiam mendengar lantunan lagu itu. Lagu itu membuat harapan baru,
dapat pengganti Denny. Orang yang bisa menerima aku apa adanya.
“adduhh,’
aku mengeluh dan memegang perutku yang terasa sakit.
“kamu
kenapa? Sakit perut ya?” dia terlihat cemas.
“
iya, sakit banget. Aku,,,aku,,aku,,,” terbata aku menjawab pertanyaannya itu.
TbC
lagi ya sodara.sodara.
0 komentar:
Posting Komentar