:: semestinya cinta
tidak memandang waktu kapan dia akan datang. Seharusnya cinta yang tulus adalah
cinta yang bisa menerima semua keadaan. Dan sejatinya cinta itu menemukan
sandarannya sendiri, tanpa kita bisa untuk memintanya::
****
Allah, jika aku tak
ingat larangan mu untuk tidak berputus asa, mungkin saat ini aku sudah putus
asa. Aku yakin setiap ciptaan-Mu memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.
Begitu juga aku. Aku ingin sekali memperbaiki semua kekhilafan yang ku perbuat.
Tapi aku belum mencoba.
Jika semua anugrah
darimu justru menyakiti orang lain, aku rela Kau butakan pandanganku, Kau
tulikan pendengaranku, Kau bisukan ucapanku. Agar pandanganku, pendengaranku,
dan ucapanku tak disalah artikan. Tapi jangan mata, pendengaran, dan ucapan
dalam hatiku yang Kau tutup.
Aku ingin kembali di
jalan-Mu, dekat dengan-Mu dan tak ingin sedikitpun melangkah menjauhi ridhamu.
Aku
menutup laptop yang kujadikan media untuk mencurahkan isi hatiku. Karena saat
itu adzan maghrib telah berkumandang. Aku harus segera melaksanakan
kewajibanku. Aku beranjak untuk berwudhu, seperti biasa aku shalat berjamaah
bersama anggota kos yang lain.
“
La, udah belum?? Kami tunggu ya.” Terdengar seruan dari luar pintu kamarku, itu
suara sahabatku, Nabila.
“
iya Na, aku udah siap.” Jawabku
Selesai
mengerjakan shalat maghrib, kami tadarus sampai menjelang isya. Itu rutinitas
yang biasa kami lakukan.
Oiya,
aku lupa memperkenalkan diri. Aku, Nailaturrahma Aliya. Teman-teman memanggilku
Naila. Aku mahasiswi semester akhir di sebuah universitas islam. Teman-teman
mengangap aku sebagai wanita yang ceria, tanpa masalah. Itu keahlianku untuk
menutupi semua problem yang ku rasakan.
Malam
ini aku Cuma berkutat sama tugas-tugas akhir yang masih belum selesai. Aku Cuma
pengen cepet selesai, terus dapet kerja. Bahagiain keluarga. Banyak penyesalan
yang ada di hati dan pikiran aku.
Drrttt..drrtt..drrttt
Aku
segera mengambil ponsel yang ada di atas tempat tidur dan langsung membaca sms
yg masuk.
From:
abangKuu
Bsok
aq jmput jam 9 di kos.
Aku
Cuma bisa menghela nafas. Langsung ku ketik sms balasannya.
To:
abangKuu
Ok.
Lalu
ku pencet tombol send. Aku berbaring di tempat tidur, rencana melanjutkan
menyusun laporan hasil penelitian aku abaikan.
“
La, kok kamu tidur?? Katanya mau nyelesein laporan,” Nabila menggoyang tubuhku.
Aku
menggeliat, “ nanti aja deh, ilang ide aku,Na” jawabku.
“kamu
kenapa lagi? Ada masalah?” Nabila ikut berbaring di sampingku.
“besok
Denny mau jemput, padahal aku males.” Yaa, Denny adalah nama pacarku. Kami
sudah 3 tahun pacaran.
“kalo
males, bilang aja sama dia klo kamu tuh
lagi nyusun laporan.”
“kamu tau sendiri dia gimana, Na. Sebenernya aku
capek kaya gini terus. Aku pengen putus.”
“kamu
tau yang terbaik buat diri kamu, La. Sekarang kamu yg harus ngambil keputusan.
Inget, jangan macem-macem. Karna masih banyak orang yang butuhin kamu, yg
sayang sama kamu, yg bisa nerima kamu apa adannya.”
“makasih
yah, Na. Kamu selalu ingetin aku.” Ku peluk tubuh sahabatku itu.
“iya
sama-sama. Ya udah, kamu istirahat ya, nanti aku bangunin klo waktunya
tahajjud.” Nabila beranjak meninggalkan kamar ku.
*****
Pagi
ini aku sudah siap untuk berangkat ke kamus bareng Denny. Sambil menunggu dia
datang, aku kembali menunangkan isi hatiku.
Rabbi, jika memang dia tercipta untuk ku, mengapa rasanya
sungguh menyakitkan. Beri aku kesempatan untuk memperbaiki diri. Mohon petunjuk
mu wahai zat yg maha memberi petunjuk. Aku tak ingin terus menerus berada di
kubangan kenistaan ini.
Drrtt...drrtt..drrttt...
baru
sedikit yang kutulis, getaran dari ponsel ku membuat aku terpaksa menghentikan
aktivitas curhatku.
From:
abangKuu
Udh
di dpan nih..cpetan.
Aku
bergegas keluar dari kos, karna aku gak mau Denny marah kalo nunggu terlalu
lama.
“kok
baru keluar sih??? Udah dibilang kan, sebelum aku nyampe, kamu tuh harusnya
udah nunggu di luar” omel Denny saat aku membuka pintu kos.
“maaf,
tadi sambil ngerjain laporan” jawabku, tertunduk.
“ya
udah, ayo naik.”
Aku
langsung naik ke atas motornya. Gak perlu waktu yang lama buat sampe ke kampus,
karena jarak kos dan kampus aku bisa ditempuh dalam waktu 10 menit. Kami
langsung menuju gedung rektorat, karena dia ada masalah soal pembayaran SPP.
“kamu
tunggu disini, aku mau ke toilet dulu” ujarnya dan memberikan tas kepadaku.
Aku duduk di kursi yang disediakan, sambil
memainkan ponselku. Lalu datang seorang cowok dan duduk di sampingku. Dia
seniorku waktu SMA. Kami mengobrol tentang kuliah. Beberapa saat kemudian,
Denny datang dan langsung menghampiriku. Wajahnya kusut melihat aku ngobrol
sama seorang cowok.
“ayo
keluar,” ajaknya sambil menarik tanganku.
“iya,
ga jadi ngurus nya?” aku berdiri karena tanganku ditarik.
“ga.
Cepet aku mau ngomong”
Perasaan ku udah mulai
cemas. Aku berpikir, Denny pasti marah liat aku duduk sama cowok tadi. Setelah
sampai diparkiran, kekhawatiranku terbukti.
0 komentar:
Posting Komentar