Rabu, 06 Maret 2013

Sandaran Hati #9 _end_

Diposting oleh Unknown di 18.07


Sandaran Hati :: 9
End nya sampe yg ke 9 aja nih, ide nya udah mulai luntur, jadi kurang nge-feel. Heppi reading.
****
:: Ketika dia tak menerimamu apa adanya, lebih baik temukan dia yg bisa. Hargai dirimu tuk seseorang yg tahu betapa berartinya dirimu ::
****
Sudah 6 bulan berlalu aku putus engan Denny dan mengenal Dika. Selama itu pula aku masih belum bisa menjelaskan rahasiaku pada Arief. Perlahan tapi pasti aku mulai bisa membuka hati untuk menerima pengganti Denny. Ku akui, meski Denny kerap membuatku terluka, tapi rasa sayang di hatiku masih ada hingga kini. Entah kenapa istilah wanita cenderung menyayangi laki-laki yang telah membuatnya terluka, benar untuk ku. Tapi keputusan ku untuk mengakhiri hubunganku bersamanya tak akan berubah. Aku yakin akan ada yang mampu menghapusnya dari hatiku.
Hubunganku dengan Dika semakin dekat, kami sering bertemu Cuma buat ngobrol hal-hal konyol. Aku bahagia bisa mengenalnya, mungkin aku mulai tertarik. Sosoknya yang dewasa mampu mengimbangi sikap ku yang masih kekanak-kanakan. Aku mulai terbiasa menceritakan ke-galau­-an kepadanya, selain kepada Nana tentunya. Aku merasa dia juga tertarik padaku.
Sikap Arief kepadaku masih tetap sama seperti yang lalu. Tetap baik dan perhatian. Masih tetap dengan perasaannya untukku. Aku tak tega membiarkannya terlalu lama seperti ini. Aku harus segera meluruskan ini semua. Arief dan Dika harus tau tentangku.
“Naa,” aku duduk di samping Nana yang tengah asik nonton.
“hmm.” Dia bergumam tanpa menoleh ke arahku.
“kalo aku jujur sama mereka gimana?”
“mereka? Arief sama Dika maksudnya?”
“iya. Gimana? Kayanya mereka perlu tau.”
“kamu yakin? Kalo mereka ga terima gimana?” dia menatapku.
“berarti sampe disini aja kedekatan aku sama mereka.”
“nah, kalo dua-duanya bisa nerima, kamu mau gimana, La?”
Pertanyaan Nana benar-benar membuatku bingung. Ya. Kalu mereka berdua bisa menerima keadaan aku, apa yang harus aku lakukan? Aku harus tetap memilih salah satu diantara mereka. Siapa? Ah, aku semakin bingung.
“La, kok malah diam? Bingung?”
“iya Na. Aku harus milih. Kalo mereka bisa teima, aku pilih siapa, Na?”
“pilih siapa itu terserah kamu. Tapi kamu pikirin dulu baik-baik apa akibatnya kalo kamu udah jujur. Mana yang bikin kamu nyaman, itu yang kamu pilih. Tapi kalo mereka ga bisa terima, kamu harus mikirin juga kedepannya harus gimana.”
“makasih Na, lega rasanya. Aku mau ketemu mereka hari ini,” aku memeluk sahabat yang amat aku sayangi ini.
“sama-sama. Mau ketemuan bertiga?”
“ya ga lah. Siang ini aku mau jelasin ke Arief dulu, nanti malam baru jelasin ke Dika.”
“moga ini keputusan yang baik.”
****
Selesai shalat dzuhur, aku bersiap-siap untuk menemui Arief. Ah, luap aku belum menghubunginya. Langsung saja aku telepon dia dan mengajaknya bertemu di tempat biasa. Setelah itu aku aku meng-sms Dika.
To: Dika
Nti mlm ktmu yuk, da yg prlu aq omongin.klo bsa jmpt ya. J
Lalu aku langsung bergegas menuju cafe tempat biasa ketemu. Butuh waktu 15 menit untuk sampai di cafe itu, mungkin aku yang harus menunggu. Soalnya Arief masih ada sedikit kerjaan.
Aku mengambil tempat duduk di sudut cafe yang tidak terlalu ramai. Aku mantapkan hati bahwa inilah keputusan terbaik.
“ Hai. Udah lama ya nunggunya?” Arief tersenyum manis dan mengambil tempat di hadapanku.
“Ga kok. Baru juga 10 menit. Kamu pesan apa?” aku balas tersenyum.
“Jus alpukat aja. Katanya mau ngomong, ada apa?”
Dia lalu memesan minuman. Aku bingung harus memulai dari mana. Hufth, aku menghembuskan nafas berat dan mulai mengutarakan apa yang aku rasakan. Cukup lama aku menjelaskan semuanya pada Arief. Aku lega sekali.
****
Malam ini aku menemui Dika di suatu cafe. Tujuanku Cuma satu, yaitu menyampaikan keputusan untuk hubunganku dan dia. Seperti yang sudah aku lakukan terhadap Arief.
“Kamu mau ngomong apa, La? Ko malah diem aja?” Dika mulai membuka pembicaraan karena melihat aku yang hanya diam sambil mengaduk-aduk minuman di depanku.
“Kamu baik banget,Dika. Aku senang selama ini jalan sama kamu. Dan hari ini aku mau nanggapin perasaan kamu yang dulu kamu sampaikan,” aku kembali diam. Dika diam.
“maaf, aku ga bisa kalo harus menjalin hubungan lebih dari temen. Aku nyaman jalan sama kamu, tapi perasaan aku ke kamu tuh datar aja. Bukan karena aku menyukai seseorang, hanya saja aku emang ga punya perasaan lebih. Aku minta maaf karena baru sekarang aku bilang.” Aku tertunduk.
Dika menarik tanganku dalam genggamannya. Aku mencoba melihat ke arahnya, ada senyum tersungging dibibirnya.
“ga apa-apa, La. Aku bisa ngerti ko. Kalo emang kamu nyaman kita jadi sahabat, aku ga bisa maksain kamu. Ga perlu minta maaf,” dia tetap tersenyum. Akupun membalasnya dengan senyum termanis.
Setelah itu, obrolan kami ringan seperti biasa. Aku merasa lega. Perasaanku sangat ringan.
****
23:00 wib
Aku masih termangu di bawah jendela, mengingat apa yang telah aku lakukan hari ini. Mengingat percakapanku dengan Dika, juga Arief.
“aku tau kamu masih sayang sama aku. Tapi maaf, Rief. Aku ga bisa nerima kamu lagi. Aku Cuma anggep kamu tuh sebagai temen aja, ga lebih. Aku masih pengen sendiri. Masih banyak yang lebih baik dari aku diluar sana. Kamu bisa ngerti keputusan aku kan, Rief?” aku menatap lurus kedalam matanya.
“ya udah. Ga apa-apa. Tapi kalo buat lupain kamu, aku ga bisa.” Arief menunduk kecewa.
“ga usah kecewa. Aku masih ada buat kamu, sebagai sahabat. Oke?” aku tersenyum dan meyakinkannya.
Arief tersenyum dan menggenggam erat tanganku.
Tok...Tok..Tok..
Ketukan dari luar pintu membuyarkan lamunannku. Aku masih tak bergeming. Tidak berapa lama terasa sentuhan lembut di pundakku.
“kamu baik-baik aja, La?” tegurnya lembut.
Aku menoleh dan menggenggam jemari itu, “ sangat baik, sahabatku.” Aku tersenyum untuknya.
“lalu siapa yang kamu pilih?” Nabila duduk di sisiku.
“ aku tidak memilih siapapun. Aku lebih memilih menjadikan mereka sebagai sahabat, La. Dan mereka menerima keputusan aku. Aku lega sekarang, Na. Makasih ya kamu selalu ada buat aku.” Aku memeluk tubuh sahabatku dengan erat.
“bagus. Kamu udah bisa ambil keputusan terbaik buat kamu.” Dia membalas pelukanku.
Malam ini, kerlip bintang di langit menjadi saksi bahwa aku akan bangkit dan menjadi aku yang sesungguhnya. Tanpa sedih dan gundah. Aku yang akan selalu tersenyum dalam menghadapi setiap masalah.
____END____
Teman sejati adalah mereka yang selalu ada di sisimu bukan hanya pada saat kau berjaya, namun juga pada saat kau tak berdaya.
Pekanbaru, 07/03/2013, 08:58 wib
_RS_
<!-more->

0 komentar:

Posting Komentar

 

Coretan Cilla R S Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei