End nya
sampe yg ke 9 aja nih, ide nya udah mulai luntur, jadi kurang nge-feel. Heppi
reading.
****
:: Ketika dia tak menerimamu apa adanya, lebih
baik temukan dia yg bisa. Hargai dirimu tuk seseorang yg tahu betapa berartinya
dirimu ::
****
Sudah
6 bulan berlalu aku putus engan Denny dan mengenal Dika. Selama itu pula aku
masih belum bisa menjelaskan rahasiaku pada Arief. Perlahan tapi pasti aku
mulai bisa membuka hati untuk menerima pengganti Denny. Ku akui, meski Denny
kerap membuatku terluka, tapi rasa sayang di hatiku masih ada hingga kini.
Entah kenapa istilah wanita cenderung
menyayangi laki-laki yang telah membuatnya terluka, benar untuk ku. Tapi
keputusan ku untuk mengakhiri hubunganku bersamanya tak akan berubah. Aku yakin
akan ada yang mampu menghapusnya dari hatiku.
Hubunganku
dengan Dika semakin dekat, kami sering bertemu Cuma buat ngobrol hal-hal
konyol. Aku bahagia bisa mengenalnya, mungkin aku mulai tertarik. Sosoknya yang
dewasa mampu mengimbangi sikap ku yang masih kekanak-kanakan. Aku mulai
terbiasa menceritakan ke-galau-an
kepadanya, selain kepada Nana tentunya. Aku merasa dia juga tertarik padaku.
Sikap
Arief kepadaku masih tetap sama seperti yang lalu. Tetap baik dan perhatian.
Masih tetap dengan perasaannya untukku. Aku tak tega membiarkannya terlalu lama
seperti ini. Aku harus segera meluruskan ini semua. Arief dan Dika harus tau
tentangku.
“Naa,”
aku duduk di samping Nana yang tengah asik nonton.
“hmm.”
Dia bergumam tanpa menoleh ke arahku.
“kalo
aku jujur sama mereka gimana?”
“mereka?
Arief sama Dika maksudnya?”
“iya.
Gimana? Kayanya mereka perlu tau.”
“kamu
yakin? Kalo mereka ga terima gimana?” dia menatapku.
“berarti
sampe disini aja kedekatan aku sama mereka.”
“nah,
kalo dua-duanya bisa nerima, kamu mau gimana, La?”
Pertanyaan
Nana benar-benar membuatku bingung. Ya. Kalu mereka berdua bisa menerima
keadaan aku, apa yang harus aku lakukan? Aku harus tetap memilih salah satu
diantara mereka. Siapa? Ah, aku semakin bingung.
“La,
kok malah diam? Bingung?”
“iya
Na. Aku harus milih. Kalo mereka bisa teima, aku pilih siapa, Na?”
“pilih
siapa itu terserah kamu. Tapi kamu pikirin dulu baik-baik apa akibatnya kalo
kamu udah jujur. Mana yang bikin kamu nyaman, itu yang kamu pilih. Tapi kalo
mereka ga bisa terima, kamu harus mikirin juga kedepannya harus gimana.”
“makasih
Na, lega rasanya. Aku mau ketemu mereka hari ini,” aku memeluk sahabat yang
amat aku sayangi ini.
“sama-sama.
Mau ketemuan bertiga?”
“ya
ga lah. Siang ini aku mau jelasin ke Arief dulu, nanti malam baru jelasin ke
Dika.”
“moga
ini keputusan yang baik.”
****
Selesai
shalat dzuhur, aku bersiap-siap untuk menemui Arief. Ah, luap aku belum
menghubunginya. Langsung saja aku telepon dia dan mengajaknya bertemu di tempat
biasa. Setelah itu aku aku meng-sms Dika.
To:
Dika
Nti
mlm ktmu yuk, da yg prlu aq omongin.klo bsa jmpt ya. J
Lalu
aku langsung bergegas menuju cafe tempat biasa ketemu. Butuh waktu 15 menit
untuk sampai di cafe itu, mungkin aku yang harus menunggu. Soalnya Arief masih
ada sedikit kerjaan.
Aku
mengambil tempat duduk di sudut cafe yang tidak terlalu ramai. Aku mantapkan
hati bahwa inilah keputusan terbaik.
“
Hai. Udah lama ya nunggunya?” Arief tersenyum manis dan mengambil tempat di
hadapanku.
“Ga
kok. Baru juga 10 menit. Kamu pesan apa?” aku balas tersenyum.
“Jus
alpukat aja. Katanya mau ngomong, ada apa?”
Dia
lalu memesan minuman. Aku bingung harus memulai dari mana. Hufth, aku
menghembuskan nafas berat dan mulai mengutarakan apa yang aku rasakan. Cukup
lama aku menjelaskan semuanya pada Arief. Aku lega sekali.
****
Malam
ini aku menemui Dika di suatu cafe. Tujuanku Cuma satu, yaitu menyampaikan
keputusan untuk hubunganku dan dia. Seperti yang sudah aku lakukan terhadap
Arief.
“Kamu
mau ngomong apa, La? Ko malah diem aja?” Dika mulai membuka pembicaraan karena
melihat aku yang hanya diam sambil mengaduk-aduk minuman di depanku.
“Kamu
baik banget,Dika. Aku senang selama ini jalan sama kamu. Dan hari ini aku mau
nanggapin perasaan kamu yang dulu kamu sampaikan,” aku kembali diam. Dika diam.
“maaf,
aku ga bisa kalo harus menjalin hubungan lebih dari temen. Aku nyaman jalan
sama kamu, tapi perasaan aku ke kamu tuh datar aja. Bukan karena aku menyukai
seseorang, hanya saja aku emang ga punya perasaan lebih. Aku minta maaf karena
baru sekarang aku bilang.” Aku tertunduk.
Dika
menarik tanganku dalam genggamannya. Aku mencoba melihat ke arahnya, ada senyum
tersungging dibibirnya.
“ga
apa-apa, La. Aku bisa ngerti ko. Kalo emang kamu nyaman kita jadi sahabat, aku
ga bisa maksain kamu. Ga perlu minta maaf,” dia tetap tersenyum. Akupun
membalasnya dengan senyum termanis.
Setelah
itu, obrolan kami ringan seperti biasa. Aku merasa lega. Perasaanku sangat
ringan.
****
23:00
wib
Aku
masih termangu di bawah jendela, mengingat apa yang telah aku lakukan hari ini.
Mengingat percakapanku dengan Dika, juga Arief.
“aku tau kamu masih
sayang sama aku. Tapi maaf, Rief. Aku ga bisa nerima kamu lagi. Aku Cuma anggep
kamu tuh sebagai temen aja, ga lebih. Aku masih pengen sendiri. Masih banyak
yang lebih baik dari aku diluar sana. Kamu bisa ngerti keputusan aku kan, Rief?”
aku menatap lurus kedalam matanya.
“ya udah. Ga apa-apa. Tapi
kalo buat lupain kamu, aku ga bisa.” Arief menunduk kecewa.
“ga usah kecewa. Aku masih
ada buat kamu, sebagai sahabat. Oke?” aku tersenyum dan meyakinkannya.
Arief tersenyum dan
menggenggam erat tanganku.
Tok...Tok..Tok..
Ketukan
dari luar pintu membuyarkan lamunannku. Aku masih tak bergeming. Tidak berapa
lama terasa sentuhan lembut di pundakku.
“kamu
baik-baik aja, La?” tegurnya lembut.
Aku
menoleh dan menggenggam jemari itu, “ sangat baik, sahabatku.” Aku tersenyum
untuknya.
“lalu
siapa yang kamu pilih?” Nabila duduk di sisiku.
“
aku tidak memilih siapapun. Aku lebih memilih menjadikan mereka sebagai
sahabat, La. Dan mereka menerima keputusan aku. Aku lega sekarang, Na. Makasih ya
kamu selalu ada buat aku.” Aku memeluk tubuh sahabatku dengan erat.
“bagus.
Kamu udah bisa ambil keputusan terbaik buat kamu.” Dia membalas pelukanku.
Malam
ini, kerlip bintang di langit menjadi saksi bahwa aku akan bangkit dan menjadi
aku yang sesungguhnya. Tanpa sedih dan gundah. Aku yang akan selalu tersenyum
dalam menghadapi setiap masalah.
____END____
Teman sejati adalah mereka yang selalu ada di
sisimu bukan hanya pada saat kau berjaya, namun juga pada saat kau tak berdaya.
Pekanbaru,
07/03/2013, 08:58 wib
_RS_
<!-more->
0 komentar:
Posting Komentar