::kesalahan di masa
lalu mampu mendewasakan dirimu. Senyuman yang tulus mampu menciptakan bahagia.::
****
Hari
ini sesuai janji, aku bersiap-siap menemui Arief di sebuah taman. Kira-kira ada
apalagi yang mau dibicarakan. Selesai merapikan diri, aku keluar kamar mencari
Nabila.
“Na,
kamu lagi apa?” aku mengetuk pintu kamar Nana.
“ga
lagi apa-apa. Masuk aja La.”
Aku
pun membuka pintu itu dan menghampiri Nana yang sedang mengerjakan sesuatu.
“katanya
ga lagi apa-apa. Nah ini lagi ngapain?” aku mengambil setangkai bunga origami
yang ada di sampingnya.
“hehehe.
Lagi iseng belajar lipat-lipat origami. Kamu mau kemana? Rapi banget?” dia
menoleh ke arahku.
“mau
ketemu sama Arief, katanya ada yang mau diomongin lagi.”
“oh.
Ya udah hati-hati. Dijemput?”
“ga
Na. Aku pergi sendiri, ketemu di taman aja.”
“ya
udah hati-hati naik motornya.”
“aku
naik busway aja. Mana tau kamu mau keluar, pake aja motor tuh.”
“siip
deh.”
“ya
udah, aku pergi dulu, Na.”
“iya.
Hati-hati.” Aku meninggalkan kamar Nana dan bergegas pergi ke tempat tujuan.
****
Aku
sudah sampai taman, tapi belum terlihat batang hiding Arief. Mungkin dia belum
sampai. Aku duduk di kursi taman yang disediakan, untuk menghilangkan jenuh
saat menunggu, ku keluarkan sebuah novel dari dalam tas. Ku baca setiap kata
yang tertera di novel itu, aku terhanyut dan ikut merasakan apa yang ku baca.
Tanpa kusadari duduk sosok yang sejak tadi kutunggu.
“hei,
La. Udah lama ya?” dia menepuk pundakku, pelan.
“hei.
Lumayan lah.” Aku menoleh dan tersenyum padanya.
“novel
baru ya? Serius banget bacanya.”
“hehehhe.
Iya, novel Nana. Kok kamu telat sih?”
“sorry,
tadi aku nyari sesuatu dulu.” Dia memberikan bingkisan yang besar kepadaku.
“buat
aku? Apa nih? Gede banget?”
“iya
buat kamu lah, buka aja. Moga kamu suka.”
Aku
langsung membuka bingkisan itu, ternyata isinya sebua boneka Shaun the Sheep
cokelat. Lucu.
“wahh.
Shaun the Sheep coklat. Makasih ya. Lucu banget. Ehhehe” aku memeluk boneka
itu.
“kamu
suka, La?”
“iya.
Suka banget. Kok tau aku pengen boneka ini?”
“tau
donk. Kemaren pas kita keluar, kamu suka ngeliatin boneka itu.”
Aku
dan Arief masih terus ngobrol kesana-kemari sekedar basa-basi. Lalu aku lihat,
wajah Arief mulai serius. Dia menghadap kearahku, dan menggenggam tanganku.
“ehemm.
Lala, ada yang pengen aku bilang.” Dia
terdiam. Aku masih diam menunggu kelanjutannya.
“kamu
masih inget kan pembahasan kita beberapa minggu yang lalu? Sekarang aku udah
putus sama. Aku udah cape jalani hubungan yang ga jelas sama dia.”
“terus
? “
“aku
sayang sama kamu,La. Makin lama makin sayang. Udah coba jalani suatu hubungan,
tetep aja aku ga bisa lupain kamu. Aku pengen tau respon kamu gimana setelah
ini.”
“mmmm,,”ku
pandangi kupu-kupu yang terbang mengelilingi bunga-bunga di taman ini. Ku
tepiskan genggaman tangannya. Aku berfikir, apa ini saatnya aku bicara
sejujurnya. Aku menghela nafas sebelum akhirnya bicara.
“
makasih kamu masih sayang sama aku. Aku ga
bisa bilang selain makasih. Ada hal yang kamu ga ngerti, aku udah ga kaya dulu lagi. Aku pengen
jelasin semua kenapa aku masih tetep ga bisa nerima kamu,”
“jelain
aja. Aku pasti terima kok,La.”
“belum
waktunya. Sekarang biar ja hubungan kita kaya biasa aja. Biar waktu yang jawab
semuanya.”
“ya
udah kalo itu mau kamu. Aku siap kapanpun kamu mau jelsain ke aku. Yuk kita
pulang.”
Ingin
sekali aku katakan aku menyayanginya juga. Tapi lidah ini terasa kelu. Aku
belum siap jika dia pergi setelah mendengar semua penjelasanku.
****
Ada
cangkir di meja depan. Sepertinya ada tamu, siapa ya? Kok diluar aja. Aku masuk
kedalam rumah dan duduk di sofa depan tv, rumah sepi. Kira-kira kemana Nana,
apa mungkin masih asik lipat-lipat kertas origami. Hufth, aku lelah sekali.
Kubaringkan tubuhku di atas sofa dan kupejamkan mata.
“La,
kamu udah pulang? Kok tiduran di sini?” suara lembut Nana membuatku membuka
mata lagi.
“males
ke kamar. Abis ada tamu? Siapa?” sekilas ku lihat Nana duduk di sofa lainnya
dan menyalakan tv.
“iya.
Nih,” dia melemparkan sapu tanganku. Kok bisa sama dia ya? Aku menatapnya,
bingung.
“tadi
ada cowok dateng kesini nyariin kamu. Cuma nganterin itu doank.”
“Dika?
Kok bisa sih sama dia?” aku mengamati sapu tangan itu.
“
tau deh. Lumayan lama dia di sini nungguin kamu.”
“oh.
Ngobrol banyak donk?”
“
ga sih, banyakan diem dianya.”
Cuma
gara-gara sapu tangan dia bela-belain ngantar ke sini. Padahal ga di anterin
juga ga apa-apa.
****
Ddrtt,,ddrrtt,,ddrrttt
From:
082171xxxxxx
Aslm.
Met mlm. Gmna kbarnya?mf gnggu. Dika
Heran
kok bisa dia tau nomor ku. Cepat-cepat ku balas pesan itu.
To:
082171xxxxxx
Wslm.ga
gnggu kok,alhmdulillah baik. Kmu gmn? Kok tw nope aq?
Malam
ini aku akis ber-sms ria sampai hampir tengah malam. Ternyata tadi dia minta
nomorku sama Nana sewaktu mengantar sapu tanganku. Hari minggu depan dia
mengajakku ketemu. Aku seneng banget, bisa liat senyum dia lagi. J.
Terlelap ku bersama mimpi dan harapan yang ku inginkan selama ini.
0 komentar:
Posting Komentar